Ekstrak adalah sediaan
pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Penyarian merupakan
peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik
oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya
penyarian akan bertambah baik bila serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari
semakin baik.
Ekstraksi merupakan proses
pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak
adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran
pertikel tertentu dan menggunakan medium pengekstrasi (menstrum) yang tertentu
pula.
Ekstraksi dapat dilakukan
menurut berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari
residu tanaman obat dinamakan “micelle”. Micelle ini dapat diubah
menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinktura atau sebagai
produk/bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak kering. (Agoes.G,2007)
2.2.2 Teknologi
Ekstraksi
1)
Pembuatan Serbuk Simplisia
Proses awal pembuatan
ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia
dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan
tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal
berikut:
a. Makin halus serbuk
simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien, namun makin halus serbuk,
maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.
b. Selama penggunaan
peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda keras
(logam dan lain-lain) maka akan timbul panas (kalor) yang dapat berpengaruh
pada senyawa kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan
nitrogen cair.
2)
Cairan pelarut
Cairan pelarut dalam
proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan
yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat
terpisahkan dari bahan dan dari senyawa lainnya, serta ekstrak yang hanya
mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.
3)
Separasi dan pemurnian
Tujuan dari tahapan ini
adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal
mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga
diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah
pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi, dekantsi, filtrasi
serta proses adsorbsi dan penukaran ion.
4)
Pemekatan atau penguapan
Pemekatan berarti
peningkatan jumlah parsial solute (senyawa terlarut) secara penguapan pelarut
tanpa sampai menjadi kering, ekstrak hanya menjadi kental atau pekat.
5)
Pengeringan ekstrak
Pengeringan berarti
menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa
kering-rapuh, tergantung dari proses dan alat yang digunakan. Ada beberapa
proses pengeringan ekstrak yaitu dengan cara:
a.
Pengeringan evaporasi
b.
Pengeringan vaporasi
c.
Pengeringan sublimasi
d.
Pengeringan konveksi
e.
Pengeringan kontak
f.
Pengeringan rasiasi
g.
Pengeringan dielektrik
6)
Randemen
Randemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia
awal.
2.2.3 Metode
Ekstraksi
1)
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
Cara dingin
1. Maserasi
Istilah maserasi berasal
dari bahasa latin “macerare”, yang artinya “merendam”. Merupakan proses paling
tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pengekstrasi
sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut
akan melarut (Ansel et al., 1995). Maserasi adalah proses pengekstraksian
simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (suhu kamar). Proses maserasi merupakan
proses sederhana untuk mendapatkan ekstrak. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil
maupun skala industri. Proses yang paling sederhana hanya menuangkan pelarut
pada simplisia. Sesudah mengatur waktu sehingga sesuai untuk tiap – tiap bahan
tanaman (simplisia), ekstrak dikeluarkan, dan ampas hasil ekstraksi dicuci dengan
pelarut yang segar sampai didapat berat yang sesuai. Prosedur ini sama dengan
pembuatan tingtur atau ekstrak khusus, dan kadang–kadang merupakan satu–satunya
prosedur untuk tanaman yang mengandung zat berlendir (musilago) tinggi.
Sebetulnya cara ini tidak begitu berguna karena tidak pernah dapat menarik zat
berkhasiat dari tanaman secara sempurna. Ampas menahan sejumlah besar solut,
yang untuk perolehannya harus dilakukan proses pemerasan (penekanan) atau cara
sentrifugasi.
2.
Perkolasi
Perkolasi merupakan suatu
proses dimana obat yang sudah halus,
diekstraksi dengan pelarut
yang cocok dengan cara dilewatkan perlahan-lahan pada suatu kolom (Ansel et
al., 1995). Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu sampai sempurna (Exhaustive Extraction)
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Pada perkolasi sederhana dan
berkesinambungan, sasaran proses biasanya adalah untuk menarik bahan berkhasiat
dari tanaman secara total. Pada perkolasi sederhana, bahan berkhasiat
diekstraksi sampai habis menggunakan pelarut segar.
Proses ini merupakan
proses yang memakan waktu lama dan mahal karena dibutuhkan sejumlah besar
pelarut yang bergantung pada beberapa parameter berikut :
a. Waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan pelarut – solute.
b. Kuantitas pelarut
yang dibutuhkan untuk menghasilkan ekstraksi pertama dalam skala ekonomi yang
memadai.
c. Kuantitas pelarut
yang dibutuhkan untuk mengencerkan secara sempurna kuantitas solut yang
tertahan oleh ampas dari ekstraksi pertama.
Cara panas
1.
Refluks
Ekstraksi dengan pelarut
pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk
proses ekstraksi sempurna.
2.
Ekstraksi Sinambung (Soxhletasi)
Soxhletasi
merupakan salah satu metode ekstraksi cara panas dengan menggunakan pelarut
yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
eksraksi yang kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin baik.
Pelarut penyari
yang ditempatkan di dalam labu akan menguap ketika dipanaskan, melewati pipa
samping alat Soxhlet dan mengalami pendinginan saat melewati kondensor. Pelarut
yang telah berkondensasi tersebut akan jatuh pada bagian dalam alat Soxhlet
yang bersimplisia dibungkus kertas saring dan menyisiknya hingga mencapai
bagian atas tabung sifon. Seharusnya seluruh bagian larut tersebut akan
tertarik dan ditampung pada labu tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung
terus menerus sampai diperloleh hasil ekstraksi yang dikehendaki.
Keuntungan
ekstraksi sinambung adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit dan pelarut
murni sehingga dapat menyaring senyawa dalam simplisia lebih banyak dalam waktu
lebih singkat dibandingkan dengan maserasi atau perkolasi. Kerugian cara ini
adalah tidak dapat digunakan untuk senyawa-senyawa termolabil (Harborne.
J.B,1987).
3.
Digesti. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan
pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar,
yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.
4.
Infus. Infus adalah ektraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, suhu terukur 96-980C) selama waktu
tertentu (15–20 menit).
5.
Dekok. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama
dan temperatur sampa titik didih air.
2)
Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan
menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan parsial
senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai
sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan
menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang
memisah sempurna atau memisah sebagian (Frianto, 2009).
0 comments:
Post a Comment