Wednesday, July 5, 2017

Peranan Farmakognosi dalam penngembangan tanaman Obat


-->
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sejarah penemuan obat bahan alam dimulai dari pengetahuan manusia akan khasiat bahan alam bagi kesehatan yang merupakan awal dari berkembangnya farmakognosi. Bukti dari hal itu dapat diketahui melalui buku Materia Medika yang diterbitkan sebelum abad 19, yaitu buku pertama yang memuat tentang khasiat dan penggunaan lebih kurang 600 macam obat dari bahan alam ( tanaman, hewan, mineral ). Sejak saat itu terjadi peningkatan yang pesat terhadap pengetahuan mengenai obat dari bahan alam sehingga dianggap perlu untuk mengadakan pemisahan disiplin ilmu. Oleh karena itu pada abad 19, materia medika sudah mempunyai dua disiplin ilmu, yaitu :
  1. Farmakologi, yang mempelajari kerja obat ( action of drug )
  2. Farmakognosi, yang mempelajari segala aspek obat dari alam
Farmakognosi sendiri berasal dari kata Pharmakon, yang berarti obat, dan Gnosis, yang berarti pengetahuan. Melalui perkembangan ilmu lebih lanjut, para ahli kimia mulai memberikan perhatian pada senyawa-senyawa kimia kandungan bahan alam yang diduga mempunyai khasiat bagi kesehatan.
Pada akhir abad 19, mereka mulai mencoba mensintesis senyawa kimia yang mempunyai khasiat terapi tersebut dan melakukan modifikasi struktur senyawa dengan tujuan tertentu. Hal ini yang membidangi lahirnya disiplin ilmu baru yaitu kimia medisinal.
Dengan demikian, melalui pengetahuan tentang khasiat bahan alam telah berkembang tiga disiplin ilmu dasar, yaitu :
  • Farmakologi, yang berhubungan dengan aktivitas dan efek obat.
  • Farmakognosi, yang mencakup semua informasi obat dari sumber bahan alam (tumbuhan, hewan, mineral, mikroorganisme).
  • Kimia medisinal, yang berhubungan dengan semisintesis obat
BAB II
Farmakognosi dalam Proses Standarisasi Obat
2.1 Standarisasi Tumbuhan Obat
PROSPEK obat herbal di Indonesia di masa mendatang akan cerah. Bila bahan-bahan herbal ini telah memenuhi syarat evidence based medicine, maka obat herbal akan menjadi jenis obat yang diminati masyarakat karena harganya terjangkau dan bahannya mudah didapat.
Karena bila standarisasi bahan yang terkandung dalam syarat evidence based medicine itu dipenuhi, maka obat herbal dengan harga terjangkau dan bahan yang mudah didapat bisa terpenuhi

hal yang paling mendasar yaitu standard operational procedur (SOP) dalam penanaman tumbuhan obat herbal.

kandungan logam berat bisa saja terdapat dalam tanaman obat karena jenis tanah yang sudah tercemar, ini yang harus diperhatikan, bagaimana standarisasi itu diperlukan untuk menjaga kualitas obat herbal
obat herbal dari tanaman yang biasanya sudah digunakan masyarakat, jadi percobaan tidak perlu dimulai dari hewan, karena langsung pada manusia ya masyarakat itu sudah coba langsung ratusan tahun lalu dan tidak ada efek samping

farmakolog Prof Amir Syarif dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) menyatakan bahwa keragaman tumbuhan darat dan laut sudah diolah dan dipasarkan, tetapi hampir sebagian besar dokter di Indonesia belum merekomendasikan penggunaan obat tradisional karena belum memenuhi standar akademik ilmiah (evidence based medicine).

"Di negara kita jumlah tanaman obat itu beraneka macam, tetapi sebagian besar dokter kita belum merekomendasikannya karena harus ada standarisasi bahan yang terkandung dalam obat herbal, itu syarat evidence based medicine," ujar Amir.
Standarisasi diperlukan, dikatakan Amir, harus ada hubungan antara dosis dengan efek obat herbal. "Kalau tidak distandarisasi maka dosisnya tidak bisa dipastikan, demikian pula efeknya," tutur Amir.

2.2 back to nature
pada abad 20, terjadi 3 peristiwa mendasar yang merupakan perwujudan dari sikap masyarakat dan para ilmuwan terhadap farmakognosi, yaitu :
  • Kesadaran tentang khasiat dan pemakaian tanaman sebagai obat. Keadaan ini didukung dengan meningkatnya informasi mengenai efek samping obat sintetis serta manfaat yang diperoleh melalui pemakaian obat alam. Dari waktu ke waktu, masyarakat semakin menyukai bahan obat alam.
  • Kesadaran para produsen obat bahan alam bahwa tanaman memang mempunyai reputasi yang baik sebagai obat rakyat. Tanaman merupakan sumber bahan obat serta sumber inspirasi bagi pembuatan prototipe obat baru melalui pengetahuan tentang senyawa kimia kandungannya.
  • Perkembangan teknologi DNA rekombinan dan rekayasa genetika yang memungkinkan transfer genetic material dari satu organisme ke organisme lain.
Berdasarkan sikap masyarakat dan ilmuwan tersebut, telah dirumuskan empat peran penting senyawa bahan alam bagi perkembangan obat modern, yaitu :
  1. Bahan alam menyediakan sejumlah bahan obat yang sangat potensial, misalnya : alkaloida opium dan ergot, antibiotika, glikosida digitalis, serum dan vaksin.
  2. Bahan alam merupakan sumber senyawa induk (basic compounds), yang dapat dimodifikasi menghasilkan senyawa dengan sifat fisika-kimia yang lebih menguntungkan, seperti lebih efektif dan tidak toksik.
  3. Senyawa bahan alam merupakan model bagi sintesis obat yang mempunyai aktifitas fisiologi sama dengan senyawa asli.
  4. Senyawa bahan alam yang aktivitasnya kurang poten dapat dimodifikasi melalui metode bioteknologi untuk menghasilkan obat yang lebih poten yang tidak mudah diperoleh melalui metode lain.
Bagian Farmakognosi Fitokimia adalah bagian yang bertugas mempelajari: standarisasi tumbuhan obat berdasarkan studi farmakognosi dan fitokimia, pengujian manfaat, formulasi obat tradisional, elusidasi struktur kimia, kandungan, mekanisme aktivitas farmakologi, biosintesis, senyawa racun, dan analisis genetik bahan alam.
Untuk pengembangan kegiatan diatas diperlukan kerjasama dengan institusi nasional, regional dan internasional.

2.1 Penggunaan Tanaman Obat sebagai Obat di Indonesia
Pada saat sekarang, kecenderungan dan kesadaran masyarakat semakin meningkat dalam menggunakan tanaman obat. Hal itu dikarenakan untuk mendapatkan cara yang lebih murah dan aman dibanding obat-obat modern atau sebagai alternatif pengganti jika obat-obat modern tidak dapat lagi memberikan kesembuhan untuk menanggulangi masalah kesehatan tertentu.
Dengan di dukung oleh sumber daya alam Indonesia yang kaya akan tumbuhan obat maka sangatlah besar kesempatan lebih bagi bangsa Indonesia untuk satu step lebih sehat dari Negara lain. Banyak tanaman berkhasiat ( di sekitar alam Indonesia kita - yang terkaya dengan plasma nutfah) akan memberi sumbangan pada meningkatkan derajat kesehatan keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar kita.
Indonesia diperkirakan mempunyai sekitar 30.000 spesies tanaman. Di antara jumlah tersebut, sekitar 6.000 tanaman merupakan tanaman yang mempunyai khasiat obat. Menurut tim dari LIPI, lebih dari 370 etnis atau suku asli di Indonesia telah menggunakan tanaman untuk obat dan mereka pun mempunyai resep tradisional sendiri.
Banyak tanaman di sekitar kita yang terbukti berkhasiat, namun kurang dipahami bagaimana penggunaannya. Misalnya pepaya. Yang umum dikonsumsi hanya buah dan daunnya, padahal bijinya pun berfaedah. Tanaman yang berasal dari Amerika Tengah ini mempunyai manfaat sebagai antioksidan, antiobesitas, antihepatitis, dan bahkan antitumor. Ekstrak dan enzim pepaya juga digunakan dalam industri kosmetik. Contoh lain adalah kemuning yang banyak ditemukan di Jawa. Tanaman ini dapat digunakan sebagai obat untuk obesitas, rematik, dan juga untuk membersihkan darah pascamenstruasi.

2.3 Peran Farmakognosi dalam Peningkatan Mutu Kesehatan di Indonesia
Seperti yang telah dipaparkan dalam makalah ini bahwa penggunaan tumbuhan obat sebagai obat di Indonesia telah meningkat. Akan tetapi dalam penggunaannya masih banyak hanya sebatas pengalaman yang diturunkan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Disini, peran ilmu farmakognosi yang memilah tanaman yang berkhasiat obat atau tidaknya dengan berbagai tes yang dilakukan terhadap tumbuhan tersebut seperti kromatografi, spektrofotometrik, dan lain-lain.

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari proses-proses yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat itu terdapat dalam ilmu farmakologi. Jadi dapat disimpulkan bahwa farmakologi berperan dalam pengefisienan tanaman obat yang dewasa ini banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia,
Referensi

Saturday, June 24, 2017

Lipid

1.      Lipida
Istilah lipida meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, malam, fosfolipida, sterol dan ikatan lain sejenis yang terdapat di dalam makanan dan tubuh manusia.
a)      Klasifikasi Lipida (Bangun, 2003) :
1)      Klasifikasi lipida menurut komposisi kimia adalah sebagai berikut:
a)      Lemak netral : monogliserida, digliserida, dan trigliserida (ester asam lemak dan gliserol).
b)      Ester asam lemak dengan alkohol berberat molekul tinggi : malam, ester sterol, ester nonsterol, ester vitamin A dan ester vitamin D.
c)      Lipida majemuk (compound lipids) : fosfolipida dan lipoprotein
d)     Lipida turunan (derived lipids) : asam lemak, sterol (kolesterol dan ergosterol, hormon steroida, vitamin D, garam empedu).
e)      Lain-lain : karotenoid dan vitamin A, vitamin E dan vitamin K
2)      Klasifikasi lipida menurut fungsi biologisnya di dalam tubuh adalah sebagai berikut :
a)      Lemak simpanan yang terutama terdiri atas trigliserida yang disimpan di dalam depot-depot di dalam jaringan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lemak ini merupakan simpanan energi paling utama di dalam tubuh dan di dalam hewan serta merupakan sumber zat gizi esensial.
b)      Lemak struktural yang terutama terdiri atas fosfolipida dan kolesterol. Di dalam jaringan lemak structural ini, sesudah protein merupakan ikatan struktural paling penting di dalam tubuh. Di dalam oaak lemak struktural terdapat dalam konsentrasi tinggi.
3)      Klasifikasi lipida menurut panjang rantai karbon adalah sebagai berikut :
a)      Asam lemak rantai pendek (4-6 atom karbon).
b)      Asam lemak rantai sedang (8-12 atom karbon).
c)      Asam lemak rantai panjang (lebih dari 12 atom karbon). Asam lemak rantai panjang diklasifikasikan menurut derajat kejenuhannya, yaitu asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh poli.
4)      Klasifikasi lipida berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut:
a)      Lemak padat (misalnya mentega dan lemak hewan).
b)      Lemak cair atau minyak (misalnya minyak sawit dan minyak kelapa).
5)      Klasifikasi lipida berdasarkan penampakan adalah sebagai berikut :
a)      Lemak kentara (misalnya mentega dan lemak pada daging sapi).
b)      Lemak tak kentara (misalnya lemak pada telur, alpukat dan lemak susu).
f)       Fungsi
1)      Sebagai fungsi energi
2)      Sumber asam lemak esensial
3)      Alat angkut vitamin larut lemak
4)      Sebagai pelumas
5)      Memelihara suhu tubuh
6)      Pelindung organ tubuh
g)      Sumber
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, zaitun, biji bunga matahari dan sebagainya, mentega, margarin dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju dan kuning telur serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali alpukat) sangat sedikit mengandung lemak.
Penilaian standar kebutuhan gizi berpedoman pada Angka Kecukupan Gizi (AKG). Angka kecukupan gizi yang digunakan sebagai pedoman adalah hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, seperti tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi bagi Orang Indonesia
No
Kelompok Umur
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
Energi (Kkal)
Lemak (gram)

Laki-laki




1
16-18 th
55
160
2600
72
2
19-29 th
56
165
2550
71
3
30-49 th
62
165
2350
65
4
50-64 th
62
165
2250
63
5
60 + th
62
165
2050
57
        

No
Kelompok Umur
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
Energi (Kkal)
Lemak (gram)

Wanita




6
16-18 th
50
154
2200
61
7
19-29 th
52
156
1900
53
8
30-49 th
55
156
1800
50
9
50-64 th
55
156
1750
49
10
60 + th
55
156
1600
44
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII (Anonim,2004).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) lemak di atas adalah 25% dari kebutuhan energi dibagi sembilan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites